News Update
- Bali Mau Dibuka, Sandiaga Tampung Usulan Pelaku Wisata
- Potret Jembatan Kaca Tak Biasa di China
- Kota Ini Lekat dengan Tukang Sayur Bermotor CBR-Ninja 250
- Ini Cara Perbaiki Kualitas Tidur Tanpa Konsumsi Obat
- 5 Makanan dan Minuman yang Tak Disarankan untuk Pengidap Bipolar
- Unik, Ada Masjid Full Color di Tengah Perkampungan Garut
- Melihat Mesin Pencetak Uang Kuno di Galeri Museum Peruri
- Bangkit Lagi, Hotel Bandung dan Saung Angklung Udjo Lakukan Kolaborasi

(IANnews.id)
Iannews-Jakarta. Senin (15/7/2019) jadi hari pertama sekolah bagi siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Banyak orangtua antusias mengantarkan anaknya di hari pertama sekolah ini.
Gerakan "Mengantar Anak Hari Pertama Sekolah" sebelumnya dipopulerkan oleh Anies Baswedan kala menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kala itu Anies menyebut bahwa mengantar anak hari pertama sekolah bisa jadi jembatan antara orang tua dan pihak sekolah membangun komunikasi.
Dilihat dari sisi psikologis sendiri mengantar anak hari pertama sekolah dikomentari oleh Ratih Zulhaqqi dari RaQQi - Human Development & Learning Centre dapat membantu anak mengenali lingkungan baru.
"Yang paling rawan itu anak baru masuk SD atau TK. Memang perlu ortu mengantar anaknya di hari pertama masuk sekolah, karena di situ orang tua bisa memberi support ke anak bahwa ini lingkungan baru kamu, nanti bakal ketemu orang baru," jelasnya pada detikHealth beberapa waktu lalu.
Beberapa anak mungkin akan merasa cemas di hari pertama sekolah dan orang tua bisa menangkap sinyal tersebut. Di antaranya timbul ekspresi tegang atau wajah yang tampak 'membeku', bahkan kadang sampai menangis.
Hal yang juga tak kalah harus diperhatikan adalah orang tua tidak perlu sampai menunggu seharian di hari pertama sekolah. Terlebih bila anak sudah cukup dewasa seperti pada tingkat SMP atau SMA.
Pada anak SMP atau SMA orang tua bahkan mungkin perlu bertanya terlebih dahulu apakah mereka ingin diantar atau tidak. Alasannya menurut Ratih karena di usia remaja seorang anak seharusnya sudah bisa menyesuaikan diri.
"Apalagi isu remaja di usia itu adalah pertemanan dan anak bisa merasa malu kalau diantar orang tuanya. Jadi perlu disesuaikan lagi," tutur Ratih.