Indonesia Archipelago National Network - IANNnews.com

Entertainment



Pesta Tarian Perang di Awal Oktober

Senin,2020-02-24,12:19:13
(IANnews.id)
Iannews-Jakarta. Festival Likurai adalah pesta tarian perang dari masyarakat Pulau Timor, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Belu. Festival ini merupakan sebentuk upaya pemerintah NTT untuk melestarikan budaya likurai, dan diharapkan menjadi pintu masuk bagi wisatawan untuk mengunjungi obyek-obyek wisata di wilayah Timor Barat.

Festival Likurai merupakan pesta tari kolosal karena tarian likurai bisa dilakukan oleh ribuan penari dari Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka, dan negara tetangga Timor Leste. Belu adalah kota di Indonesia yang berbatasan dengan wilayah negara Timor Leste, yang dulu berjuluk Timor Timur ketika masih bersatu dengan Republik Indonesia.

Biasanya Festival digelar di puncak bukit Fulan Fehan yang terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lakmanen, Kabupaten Belu. Fulan Fehan sendiri adalah merupakan satu destinasi wisata yang berupa hamparan luas padang sabana. Sebagai latar belakang Gunung Lakaan yang dikitari bebatuan karang dan ditumbuhi kaktus liar, Fulan Fehan menawarkan pemandangan yang khas dan indah.

Tari likurai biasanya dibawakan oleh penari laki-laki yang membawa pedang dan penari perempuan dengan kendang kecilnya atau tihar. Kepopuleran tari likurai kian melambung setelah sukses memecahkan rekor MURI pada Oktober 2017 untuk jumlah penari tradisional terbanyak, yakni 6.000 penari.

Likurai adalah tarian khas yang merupakan warisan serta budaya leluhur dari masyarakat di daerah ini. Di zaman dulu, tarian ini dilakukan untuk menyambut para pahlawan desa yang baru pulang dari perang.

Konon, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur, terdapat tradisi memenggal kepala musuh yang dikalahkannya sebagai simbol keperkasaannya. Untuk merayakan kemenangan para pahlawan tersebut, biasanya ditampilkan tari likurai sebagai tarian penyambutan. Jadi tarian ini sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat akan kemenangan juga kembalinya pahlawan dengan selamat.

Namun setelah era kemerdekaan, tradisi penggal kepala sudah dihilangkan. Walaupun begitu, tari likurai masih dipertahankan oleh masyarakat Belu dan masih ditampilkan untuk upacara adat, penyambutan tamu penting, bahkan pertunjukan seni dan budaya.

Dalam pertunjukannya, tari likurai ditampilkan oleh para penari wanita dan penari pria. Jumlah penari biasanya lebih dari 10 orang  penari wanita dan dua orang penari pria. Penari wanita menggunakan pakaian adat wanita dan membawa tihar (kendang kecil) untuk menari. Sedangkan penari pria juga menggunakan pakaian adat pria dan membawa pedang sebagai atribut.

Gerakan penari wanita biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan kendang dengan cepat dan gerakan kaki menghentak secara bergantian. Selain itu penari juga menari dengan gerakan tubuh yang melenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan sesuai irama.

Sedangkan gerakan penari pria biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan pedang dan gerakan kaki menghentak sesuai irama. Selain itu, penari pria juga sering melakukan gerakan seperti merunduk dan berputar-putar sambil memainkan pedang mereka.

Saat pertunjukan, tari likurai biasanya tidak menggunakan musik pengiring apapun. Suara musik yang digunakan biasanya berasal dari suara kendang kecil yang dimainkan oleh penari wanita dan suara giring-giring yang dipasang di kaki penari.

Selain itu suara teriakan para penari pria yang khas juga membuat tarian tersebut semakin meriah dan kesan tarian perang juga sangat terasa. Di samping memiliki wisata budaya yang menawan, Pulau Timor, khususnya Timor Barat, juga menawarkan wisata alam yang tak kalah menarik. Ketika berada di Belu, sempatkan untuk mengunjungi wisata batu alam Fatuleu, Pantai Kolbano, Teluk Gurita, dan lain-lain. (E-2)
Lihat Juga Lowongan Kerja Terbaru:
jobs-to-success
GFS
REAFO
REAFO