- Bali Mau Dibuka, Sandiaga Tampung Usulan Pelaku Wisata
- Potret Jembatan Kaca Tak Biasa di China
- Kota Ini Lekat dengan Tukang Sayur Bermotor CBR-Ninja 250
- Ini Cara Perbaiki Kualitas Tidur Tanpa Konsumsi Obat
- 5 Makanan dan Minuman yang Tak Disarankan untuk Pengidap Bipolar
- Unik, Ada Masjid Full Color di Tengah Perkampungan Garut
- Melihat Mesin Pencetak Uang Kuno di Galeri Museum Peruri
- Bangkit Lagi, Hotel Bandung dan Saung Angklung Udjo Lakukan Kolaborasi
Kuala Pembuang, Kalteng, - Aktivitas kapal penangkap
cumi-cumi yang berada di dekat wilayah perairan laut Kabupaten Seruyan,
Kalimantan Tengah, mengancam kelestarian penyu sisik.
"Banyaknya kapal penangkap cumi yang beraktivitas pada malam hari
membuat penyu sisik tidak bisa ke pantai untuk bertelur," kata Kepala
Seksi Pengolahan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) Wilayah II Kuala
Pembuang, Seruyan, Budi Suriansyah di Kuala Pembuang, Rabu.
Ia menjelaskan, perairan laut Seruyan merupakan salah satu jalur
perlintasan migrasi penyu sisik ke berbagai daerah di Indonesia, karena
kawasan pantai gelap, sunyi dan berpasir.
Pesisir pantai laut Seruyan menjadi salah satu lokasi dari penyu
sisik bertelur, terutama di pantai Desa Sungai Perlu Kecamatan Seruyan
Hilir.
Namun, sejak ramainya aktivitas kapal cumi pada malam hari, petugas
patroli TNTP tidak pernah lagi menemukan ada penyu yang mau bertelur ke
wilayah pantai.
"Dalam delapan bulan terakhir kita rutin melakukan patroli di
wilayah pantai, namun tidak lagi menemukan adanya penyu sisik yang
bertelur," katanya.
Kemudian, meski belum ada bukti atau hubungan yang kuat, namun
sejak ramainya aktivitas kapal nelayan khususnya kapal cumi, petugas
TNTP juga menjadi lebih sering menemukan karapas penyu sisik yang sudah
hancur maupun masih utuh ada di pantai.
"Bahkan kita pernah menemukan penyu sisik yang mati dan terdampar di pantai dengan bekas luka terkena jaring," katanya.
Ia menilai, dalam jangka panjang, tingginya aktivitas kapal cumi
yang sudah membentengi wilayah perairan laut Seruyan, tidak hanya akan
mengancam kelestarian berbagai hewan laut yang dilindungi, tapi juga
dapat merugikan nelayan tradisional Seruyan.
"Pada malam hari bisa kita lihat, kapal cumi ini begitu banyak dan
rapat seperti membentuk benteng, bukan hanya penyu yang takut menuju
pantai, tapi ikan juga jadi tidak bisa masuk ke dalam perairan Seruyan,"
katanya.
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2016