- Bali Mau Dibuka, Sandiaga Tampung Usulan Pelaku Wisata
- Potret Jembatan Kaca Tak Biasa di China
- Kota Ini Lekat dengan Tukang Sayur Bermotor CBR-Ninja 250
- Ini Cara Perbaiki Kualitas Tidur Tanpa Konsumsi Obat
- 5 Makanan dan Minuman yang Tak Disarankan untuk Pengidap Bipolar
- Unik, Ada Masjid Full Color di Tengah Perkampungan Garut
- Melihat Mesin Pencetak Uang Kuno di Galeri Museum Peruri
- Bangkit Lagi, Hotel Bandung dan Saung Angklung Udjo Lakukan Kolaborasi
Jakarta - PT Pos Indonesia (Persero) yakin dapat meraup
pendapatan ("revenue") sebesar Rp80 triliun dalam jangka waktu lima
tahun, walau pendapatan pada tahun 2015 hanya mencapai sekitar Rp5
triliun.
"Memang kalau dalam konteks pemikiran tradisional, lompatan
pendapatan itu terasa tidak realistis. Namun kami yakin ini bisa karena
perubahan-perubahan bisa terjadi dengan cepat," ujar Direktur Utama PT
Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono dalam sebuah perbincangan di Gedung
Pos Ibu kota, Jakarta, Rabu.
Wahyu mencontohkan perkembangan yang terjadi di dunia teknologi informasi yang hanya membutuhkan waktu singkat.
Dari yang hanya bisa mengakses internet melalui rumah dan kantor, dalam beberapa tahun semua tersedia dalam genggaman.
Inilah yang menjadi target pasar utama PT Pos Indonesia untuk mendapatkan "revenue" sebanyak 16 kali lipat dari tahun 2015.
Apalagi,
semakin umum penggunaan internet membuat belanja melalui daring/dalam
jaringan atau internet ("e-commerce") semakin marak, keamanan pembayaran
semakin membaik dan cakupan frekuensi sinyal (bandwidth) terus merata.
Ujungnya adalah, nilai perdagangan elektronik juga akan semakin
bertumbuh. Wahyu memperkirakan nilai penetrasi e-commerce Indonesia bisa
mencapai 6-7 persen dalam lima tahun ke depan dari nilai industri
eceran ("retail industry") yang senilai Rp6.000-an triliun.
"Artinya akan ada sekitar Rp300-an triliun yang bisa diraih," tutur Wahyu.
Untuk meraih pasar tersebut, PT Pos Indonesia pun melakukan
pembenahan di sektor logistik, satu dari tiga inti bisnis Pos selain
jasa kurir dan layanan keuangan.
Wahyu melanjutkan, perusahaan yang dipimpinnya membutuhkan modal
sekitar 250 juta--300 juta dolar AS untuk membangun semua lini demi
mencapai target revenue.
Namun karena dana tersebut cukup besar,
PT Pos Indonesia mengakalinya dengan banyak menjalin kerja sama dengan
perusahaan swasta dan terutama Perusahaan BUMN.
"Kami berusaha untuk selamat dengan kemampuan diri kami sendiri dan
menjalin sinergi dengan perusahaan-perusahaan BUMN lain seperti Angkasa
Pura, PGN, Telekomunikasi Indonesia, Bulog, Garuda Indonesia, KAI dan
lain-lain.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT © ANTARA 2016
- 1Menteri Koperasi dan UKM: KUR Rp 25 Juta tanpa Agunan
- 2BI: tekanan "administered prices" picu inflasi April
- 3Jasa keuangan ilegal marak, OJK perkuat Satgas Waspada Investasi
- 4Kunjungan Raja Salman, Pertamina Tawarkan Suplai Avtur ke Arab Saudi
- 5Harga minyak dunia bervariasi di perdagangan Asia
- 6Harga emas berjangka turun tajam